Jumat, 27 Desember 2013

Pengaruh Lemak Buah Alpukat terhadap Kesehatan

Buah alpukat memiliki kandungan lemak nabati yang tinggi. Lemak nabati ada buah alpukat merupakan jenis lemak tak jenuh tunggal yang bermanfaat untuk menurunkan kadar kolesterol LDL (Low Density Lipoprotein) atau kolesterol jahat. Selain itu lemak tak jenuh juga bermanfaat untuk mengusir lemak jenuh yang menempel pada arteri sehingga aliran darah kembali lancar, mencegah penyakit kardiovaskuler, kekakuannya dapat mencegah terjadinya pengumpulan molekul lemak dekat menjadi padat, bahan baku hormone, membantu transport vitamin larut lemak yaitu vitamin A, Vitamin D, Vitamin E,dan Vitamin K, sebagai bahan insulasi perubahan suhu, pelindung organ-organ tubuh bagian dalam, dapat mempertahankan atau meningkatkan kadar kolesterol HDL (Hight Density Lipoprotein) atau kolesterol baik dan dapat berguna untuk mencegah penyakit stroke, penyakit jantung, darah tinggi dan kanker Kandungan lemak tak jenuh sangat mudah dicerna dan diolah tubuh sehingga bermanfaat secara maksimal dan lemak tak jenuh pada alpukat juga mengandung zat anti jamur dan anti bakteri. Kandungan lemak nabati tidak dapat menyebabkan seseorang menjadi gemuk, justru dengan manfaat lemak nabati tak jenuh ini mampu mengurangi nafsu makan. Oleh karena itu buah alpukat dapat digunakan untuk membantu menurunkan berat badan. Buah alpukat mengandung lemak tak jenuh yang mudah dicerna tubuh, dan lemak jenis ini sangat baik bagi tubuh karena dapat membantu mengurangi kadar lemak jenuh dalam tubuh. sehingga buah alpukat baik untuk menjalankan cara diet sehat. Selain itu dalam buah alpukat juga terkandung asam oleat yang merupakan asam lemak dengan sumber antioksidan tinggi. Kandungan asam oleat dalam alpukat dapat bermanfaat sebagai penangkal radikal bebas dan meningkatkan daya tahan tubuh.

Rabu, 16 Oktober 2013

Farmakog kelompok 6 shift II BUNGA KAMILEN

gambar referensi ambil di http://intranet.tdmu.edu.ua/data/kafedra/internal/pharma_1/classes_stud/en/pharm/prov_pharm/ptn/Pharmacognosy/3-d course/Analysis of MPM that contain sesquiterpenoids and sesquiterpene lactones.htm

Jumat, 09 November 2012

Rasulullah SAW dan Pengemis Buta

Wahai saudaraku! Jangan engkau dekati Muhammad itu. Dia orang gila. Dia pembohong. Dia tukang sihir. Jika engkau mendekatinya, engkau akan dipengaruhinya dan engkau akan menjadi seperti dia,” kata seorang pengemis buta Yahudi berulang-ulang kali di satu sudut pasar di Madinah pada setiap pagi sambil tangannya menadah meminta belas orang yang lalu-lalang. Orang yang lalu-lalang di pasar itu ada yang menghulurkan sedekah kerana kasihan malah ada juga yang tidak mempedulikannya langsung. Pada setiap pagi, kata-kata menghina Rasulullah SAW itu tidak lekang daripada mulutnya seolah-olah mengingatkan kepada orang ramai supaya jangan terpedaya dengan ajaran Rasulullah SAW. Seperti biasa juga, Rasulullah SAW ke pasar Madinah. Apabila Rasulullah SAW sampai, Rasulullah SAW terus mendapatkan pengemis buta Yahudi itu lalu menyuapkan makanan ke mulutnya dengan lembut dan bersopan tanpa berkata apa-apa. Pengemis buta Yahudi yang tidak pernah bertanya siapakah yang menyuapkan itu begitu berselera sekali apabila ada orang yang baik hati memberi dan menyuapkan makanan ke mulutnya. Perbuatan Rasulullah SAW itu dilakukannya setiap hari sampai Rasulullah SAW wafat. Sejak kewafatan Rasulullah SAW, tidak ada lagi orang yang sudi menyuapkan makanan ke mulut pengemis itu setiap pagi. Pada satu pagi, Saidina Abu Bakar ra pergi ke rumah anaknya, Siti Aisyah yang juga merupakan isteri Rasulullah SAW untuk bertanyakan sesuatu kepadanya. “Wahai anakku Aisyah, apakah kebiasaan yang Muhammad lakukan yang aku tidak lakukan?”, tanya Saidina Abu Bakar ra sebaik duduk di dalam rumah Aisyah. “Ayahandaku, boleh dikatakan apa sahaja yang Rasulullah lakukan, ayahanda telah lakukan kecuali satu,” beritahu Aisyah sambil melayani ayahandanya dengan hidangan yang tersedia. “Apakah dia wahai anakku, Aisyah?” “Setiap pagi Rasulullah akan membawa makanan untuk seorang pengemis buta Yahudi di satu sudut di pasar Madinah dan menyuapkan makanan ke mulutnya. Sejak kepergian Rasulullah, sudah tentu tidak ada lagi orang yang menyuapkan makanan kepada pengemis itu,” beritahu Aisyah kepada ayahandanya seolah-olah kasihan dengan nasib pengemis itu. “Kalau begitu, ayahanda akan lakukan seperti apa yang Muhammad lakukan setiap pagi. Kamu sediakanlah makanan yang selalu dibawa oleh Muhammad untuk pengemis itu,” beritahu Saidina Abu Bakar ra kepada anaknya. Pada keesokan harinya, Saidina Abu BAkar ra membawakan makanan yang sama seperti apa yang Rasulullah SAW bawakan untuk pengemis itu sebelum ini. Setelah mencari kemana-mana, akhirnya beliau bertemu juga dengan pengemis buta itu. Saidina Abu Bakar ra segera menghampiri dan terus menyuapkan makanan ke mulut pengemis itu. “Hei… Siapakah kamu? Berani kamu menyuapku?” Pengemis buta itu mengherdik Saidina Abu Bakar ra. Pengemis buta itu terasa lain benar perbuatan Saidina Abu Bakar ra itu seperti kebiasaan. “Akulah orang yang selalu menyuapmu setiap pagi,” jawab Saidina Abu Bakar ra sambil memerhatikan wajah pengemis buta itu yang nampak marah. “Bukan! Kamu bukan orang yang selalu menyuapku setiap pagi. Perbuatan orang itu terlalu lembut dan bersopan. Aku dapat merasakannya, dia terlebih dahulu akan menghaluskan makanan itu kemudian barulah menyuap ke mulutku. Tapi kali ini aku terasa sangat susah aku hendak menelannya,” balas pengemis buta itu lagi sambil menolak tangan Saidina Abu Bakar ra yang masih memegang makanan itu. “Ya, aku mengaku. Aku bukan orang yang biasa menyuapmu setiap pagi. Aku adalah sahabatnya. Aku menggantikan tempatnya,” beritahu Saidina Abu Bakar ra sambil mengesat air matanya yang sedih. “Tetapi ke manakah perginya orang itu dan siapakah dia?”, tanya pengemis buta itu. “Dia ialah Muhammad Rasulullah. Dia telah kembali ke rahmatullah. Sebab itulah aku yang menggantikan tempatnya,” jelas Saidina Abu Bakar ra dengan harapan pengemis itu berpuas hati. “Dia Muhammad Rasulullah?”, kata pengemis itu dengan suara yang terkedu. “Mengapa kamu terkejut? Dia insan yang sangat mulia,” beritahu Saidina Abu Bakar ra. Kemudian pengemis itu menangis sepuas-puasnya. Setelah agak reda, barulah dia bersuara. “Benarkah dia Muhammad Rasulullah?”, pengemis buta itu mengulangi pertanyaannya seolah-olah tidak percaya dengan berita yang baru didengarnya itu. “Ya benar. Kamu tidak percaya?” “Selama ini aku menghinanya, aku memfitnahnya tetapi dia sedikit pun tidak pernah memarahiku malah dia terus juga menyuap makanan ke mulutku dengan sopan dan lembut. Sekarang aku telah kehilangannya sebelum sempat memohon ampun kepadanya,” ujar pengemis itu sambil menangis teresak-esak. “Dia memang insan yang sangat mulia. Kamu tidak akan berjumpa dengan manusia semulia itu selepas ini kerana dia telah pun meninggalkan kita,” beritahu Saidina Abu Bakar ra. “Kalau begitu, aku mahu kamu menjadi saksi. Aku ingin mengucapkan kalimah syahadah dan aku memohon keampunan Allah,” ujar pengemis buta itu. Setelah peristiwa itu, pengemis itu telah memeluk Islam di hadapan Saidina Abu Bakar ra. Keperibadian Rasulullah SAW sungguh sangat mulia sehingga dapat memikat jiwa pengemis buta Yahudi untuk mengakui ke-Esaan Allah. Kesabaran, keiklasan dan kebaikan Rasulullah SAW sungguh sangat luar biasa. Pengemis yang buta sekalipun dapat membedakan siapa orang yang menyuapinya setiap pagi. Ia dapat merasakan perbuatan Rasulullah SAW terlalu lembut dan sopan. Sehingga pengemis buta dapat merasakannya, bahkan Rasulullah SAW terlebih dahulu akan menghaluskan makanan itu kemudian barulah menyuapkan ke mulut pengemis buta. Rasulullah SAW setiap pagi selalu menyuapi pengemis buta itu, meskipun beliau tahu bahwa selama ini penggemis buta selalu menghina, dan memfitnah beliau tetapi beliau sedikit pun tidak pernah memarahi pengemis buta itu dan beliau malah terus menyuapkan makanan ke mulut pengemis buta dengan sopan dan lembut. Kisah Rasulullah SAW dan Pengemis Buta hanyalah sebagian kecil dari kisah perjalanan hidup Rasulullah SAW yang menggambarkan kemuliaan ahlak dan pribadi beliau. Hanya butuh satu generasi saja bangsa Arab yang Jahiliyyah dan terlupakan dalam peradaban dunia mampu menjadi suatu bangsa beradab dan berakhlak mulia, bandin